Ilustrasi Konsepsi Surga |
Kamu mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) tapi tidak bisa bahasa Arab dan baca kitab? Pengen merasakan suasana dan tantangan yang tidak membosankan? Ambillah mata kuliah Dr. Zuhad. Kamu akan merasakan atmosphere yang menegangkan ngalahin roller coaster.
Dr. Zuhad bukan dosen killer dan otoriter seperti di FTV. Pak Zuhad dosen disiplin, pintar, perfect kayak malaikat yang tinggal di perpustakaan kayangan (tempat dewa). Maka dari itu, kalau kamu tidak persiapan materi yang Joss, kamu akan mendadak menjadi kerbau yang selalu dimitoskan bego. Karena saat kamu merasa argumenmu sangat benar, ternyata setelah pak Zuhad memaparkan kajian dengan kelengkapan referensinya. Argumenmu hanya secuil dari ‘benar’ alias kayak krupuk yang mlempem.
Apalagi kalau kamu semester tua yang ngulang mata kuliah bareng dedek-dedek gemes. Coba bayangkan jika wajahmu berubah menjadi senior berkepala kerbau? Oh No!
Syarat kuliah di FUHUM adalah bisa bahasa arab dan membaca kitab (bukan terjemahan). Namun saya mahasiswa yang tidak bisa keduanya. Ketika mendapat makalah yang berbau arab, saya seperti berada di neraka. Kebingungan, ketakutan, mati rasa menumpuk di kepala. Seperti jones (jomblo ngenes) yang bertahun-tahun mencari pacar di Facebook namun tak kunjung dapat pasangan atau seperti saat malam minggu tiba, hari begitu seram dan lama.
Semester ini, kurikulum banyak berubah, ketika mahasiswa mendapat jatah tugas presentasi makalah harus pula melakukan penelitian kitab di perpustakaan dan menjelaskannya di depan kelas. Perubahan kurikulum yang cukup keren sekaligus tajam seperti pedang, menyayat badan mahasiswa yang tidak bisa bahasa Arab dan tidak bisa baca kitab seperti saya.
Cukup keren adalah karena pressure (tekanan) dalam meneliti kajian memang penting bagi mahasiswa saat ini, biar tidak hanya teoritis saja. Tajam seperti pedang adalah karena saat kamu sulit bahkan tidak paham bahasa Arab dan baca kitab. Setelah saya teliti selama tiga minggu masa kuliah semester ini, ternyata Google tidak sehebat orang bilang dalam membantu menguasai bahasa Arab dan baca kitab. Di sanalah kamu harus mencari teman atau senior, bahkan kalau perlu kursus untuk bisa paham bahasa Arab dan baca kitab.
Kursus? Mahasiswa UIN kan menengah ke bawah, “mending buat makan daripada ikut kursus di PPB yang cukup expensive (mahal),” kata teman saya yang ikut kursus. Jalan satu-satunya adalah mencari teman yang ikhlas ngajarin kamu. Tapi yang sesama jenis ya vroh, sebab kampus UIN Walisongo ini sangat terkenal dengan maniak modus senior. Kagak jadi belajar, malahan isinya bombardir gombalan. Ampun deh.
Kelas mata kuliah pak Zuhad agak tegang, karena sepintar apapun kamu beretorika, kamu akan menganga, terkagum dengan penjelasan pak Zuhad yang super detail. Kayak Agnezmo ngomentarin peserta The Voice. Wow bukan?
Di sanalah pula, saat kamu mahasiswa seperti saya, namun kamu tidak mau berusaha alias hanya ngandalin copy-paste makalah di blog orang. Jangan salahkan jika kamu akan menjadi benar-benar kerbau di dalam kelas. Kecuali kalau kamu memang sudah tidak punya kemaluan, eh, tidak punya malu.
Kemarin saya belajar dengan teman yang bisa baca kitab, lalu minta dijelasin selama seminggu. Syukur, alhamdulillah saya bisa melampaui presentasi pak Zuhad dengan cukup memuaskan. Presentasi selesai, Plong rasa neng jero dadaku, kang Didi Kempot seperti bernyanyi di telingaku. Agnezmo seperti abis menciumku, terbang bersamaku, duduk di surga. Agnezmo loh ya, bukan pak Zuhad. Tapi, terima kasih buat pak Zuhad, Anda punya sensasi yang sangar dibanding dosen-dosen lain. Kamu pengen merasakan sensasi di atas? Ambillah mata kuliah Dr. Zuhad.
“Hidup adalah tantangan, kalau tidak ada tantangan mending mati saja” kata senior-senior. Padahal senior sendiri ampun-ampun ikut mata kuliah pak Zuhad dan senior mungkin tidak merasakan surga seperti saya. Selamat semangat kuliah!. [k]
KOMENTAR