
Latar belakang mengapa Metafisis memilih puisi Rumi untuk dijadikan referensi pada musikalisasi puisi Rabu mendatang, karena isi puisinya yang begitu luas, sehingga dapat menuai banyak penafsiran. “Puisi rumi begitu luas maknanya, dapat diartikan dari banyak prespektif, mulai dari sosial hingga budaya,” ucap Yazid Lurah metafisis, Sabtu (26/12).
“Walaupun Rumi dari Timur bukan berarti musiknya berlatar ketimur-timuran, kita membuat Rumi ala Jawa,” lanjutnya memberikan sedikit gambaran tentang penampilam mereka nanti. Yazid beserta kawan-kawan Metafisis mencoba memadukan budaya Jawa kedalam puisi Rumi yang berlatar belakang Timur.
Abdul Muhaemin selaku Direktur acara mengatakan, ini pertama kalinya Metafisis menampilkan musikalisasi puisi. Sebelumnya Metafisis hanya teater yang cenderung didominasi dengan dialog, tapi sekarang mencoba memadukan puisi dengan musik sehingga dapat menjadi formula serta angin segar untuk Metafisis kedepanya.
Laki-laki yang biasa disapa Emen itu juga mengatakan, persiapan yang dilakukan sudah sejak enam bulan yang lalu, sebelumnya mereka juga mengadakan workshop dalam rangka mendalami serta memberikan pelatihan untuk kru metafisis yang baru. “Biasanya kan ngono-ngono tok, temen-temen biar gak asal nulis naskah, jadi karya mereka berkualitas,” ujarnya ketika diwawancarai di Gedung O Fakultas Ushuluddin.
Walaupun ditata dengan sempurna, selalu ada hambatan yang didapatkan dalam pelaksanaanya. Emen pun tak mengelakan akan kesulitan serta hambatan dalam pembuatan musikalisasi puisi ini. Terlebih, Metafisis sebelumnya hanya menampilkan teater yang notabene seperti dialog. Namun dalam penampilan kali ini mereka menampilkan musikalisasi puisi, sehingga untuk mencari musik serta instrumen yang cocok untuk mengiringi puisi itu tidaklah mudah. “Dulu kan teater, sekarang musikalisasi puisi, jadi lumayan sulit,” tegasnya.
Emen, Yazid, dan teman-teman Metafisis siap menampilkan yang terbaik pada pertunjukkan Rabu mendatang di TBRS. “Kami siap dan berusaha menampilkan yang terbaik nanti,” ujarnya ketika diwawancarai bersama. (Alan/Gigih).
KOMENTAR