TUGU
- Untuk mengisi kegiatan bulan Ramadhan, banyak lembaga
pendidikan yang mengisinya dengan kegiatan Pesantren Kilat. Tak terkecuali di SMA
Negeri 8 Semarang. Acara yang berlangsung selama tiga hari, mulai hari Kamis
sampai Jum’at (18-20/7), ini dimaksudkan untuk mendidik akhlak para siswa
dengan tambahan pelajaran agama.
Muhammad
Faiq, anggota Rohani Islam (Rohis) yang juga ketua panitia mengungkapkan, tiap
tahun SMAN 8 selalu mengadakan Pesantren Kilat ketika bulan Ramadhan tiba.
Tetapi tidak seperti tahun lalu yang diisi oleh para guru, pesantren kilat
tahun ini diisi oleh pemateri dari Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) dan lembaga
bernama Inside.com. “Teman-teman banyak yang tertarik dengan suasana baru ini,”
ungkap Faiq.
Pesantren
kilat ini terdiri dari tiga sesi tiap harinya. Di sesi pertama, Ateng Ghozali,
Sekretaris MUI Jawa Tengah, memaparkan materi tentang fikih puasa. Dalam sesi
yang bertempat di Aula SMAN 8 itu, ia menjelaskan berbagai hal yang berhubungan
dengan puasa. Ia juga menyebutkan metode-metode apa saja yang digunakan untuk
menentukan awal bulan Ramadhan, yaitu dengan rukyatul hilal, istikmal, dan
hisab.
Ajeng,
siswi kelas XII IPA 1, tertarik dengan materi yang disampaikan. “Sayang pak
Ghozali hanya menjelaskan metode rukyatul hilal, istikmal. Ia tidak
sempat menerangkan bagaimana sih hisab itu?” Tutur Ajeng.
Foto: Zuha-Idea |
Selain
mendapatkan materi fikih puasa, para siswa diberi materi tentang birr
al-walidain oleh Inside.com, sebuah lembaga yang fokus pada pemberdayaan moral
remaja dan anak-anak. Tidak seperti sesi fikih puasa yang bertempat di Aula,
materi birr al-walidain diberikan di kelas-kelas. Inside.com menerjunkan
beberapa anggotanya untuk menyampaikan materi yang telah disiapkan.
Para
siswa juga diajak melakukan muhasabah sebagai lanjutan dari materi birr
al-walidain yang disampaikan sebelumnya. Kali ini, mereka kembali
ditempatkan di Aula. Dalam acara renungan yang berlangsung cukup khidmat itu,
para siswa diajak untuk sadar bahwa menjadi orang tua bukan pekerjaan yang
mudah. Karena itu mereka tidak boleh disakiti, apalagi didurhakai. (Zubair).
KOMENTAR