Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum), Hasyim Muhammad, ketika diwawancarai secara ekslusif oleh IDEAPERS.COM, di kantornya, pada Selasa (25/6/23). (Foto: Ideapers.com) |
Semarang, IDEAPERS.COM - Dekan Fakultas Ushuludin dan Humaniora (FUHum), Hasyim Muhammad menyebut banyak perubahan yang terjadi di FUHum karena tantangan zaman hingga kesiapan tenaga kerja. Salah satunya, terkait karakter mahasiswa FUHum.
"Perubahan itu (di FUHum) banyak. Termasuk juga karena tantangan zaman, kebutuhan, kemudian kesiapan tenaga kerja misalnya," kata Hasyim saat diwawancarai IDEAPERS.COM, di kantornya, pada Selasa (25/06/23).
Mengenai tantangan zaman, Hasyim mengungkapkan, saat ini mahasiswa mengharapkan program studi (prodi) di FUHum agar bisa membentuk tenaga kerja usai kelulusannya. Menurut Haysim, hal itu berbeda dengan karakter mahasiswa dulu yang tidak banyak berharap terkait pekerjaan kecuali kebermanfaatan dalam menuntut ilmu.
"Kalau dulu kan mahasiswa memang ga begitu banyak berharap, kemudian lulus, kemudian menjadi apa. Berbasis pada keilmuan yang dimiliki, 'mudah-mudahan ya ilmunya bermanfaat'. Gitu aja cita citanya gitu," ungkap Hasyim.
"Jadi ga punya cita-cita kuliah nanti akan jadi guru gitu kan, wong usuluddin. Menjadi kiai juga tidak, menjadi kerja kantoran juga tidak. Fakultasnya kan fakultas agama," lanjut dia.
Hasyim menilai, karakter mahasiswa dulu juga menganggap bahwa ilmu ushuluddin merupakan ilmu yang paling diridhoi Allah. Dengan itu, kata dia, mahasiswa dulu tidak berharap soal pekerjaan apa yang akan didapatkan usai kuliah dan hanya mengharap ilmu Allah murni.
"Jadi harapan mahasiswa dulu kuliah di ushuluddin itu ya harapannya kepada Allah murni, tidak berharap pada pekerjaan apa yang akan dia dapatkan dan apa sebagainya. Dengan ilmu yang kemudian bermanfaat gitu kan, kemudian akan mendapat jaminan kehidupan dari Allah apa pun bentuknya, rejeki juga akan datang sendirinya dari Allah karena ini kita mengemban ilmu Allah," papar Hasyim.
Lebih lanjut, Hasyim menyampaikan bahwa karakter mahasiswa saat ini berbeda dengan dulu karena paradigma kampus yang juga telah berubah. Berdasarkan paradigma Unity of Science di UIN Walisongo, dia menuturkan seluruh ilmu saat ini adalah ilmu Allah yang luhur melihat sejauh mana kebermanfaatannya.
"Kalau kita bandingkan dengan sekarang kan berbeda. Sekarang paradigma nya sudah berbeda, universitas Unity of Science. Itu semua ilmu adalah ilmu Allah, nah itu bedanya. Kalau sekarang semua ilmu, ilmu Allah," ujar dia.
"Jadi keunggulan ilmu, keluhuran ilmu tidak didasarkan pada bidang apa, tapi pada kemanfatannya, ilmu ushuludin kalau tidak manfaat, tidak ada gunanya. Ilmu matematika kalau bermanfaat itu luhur. Karena ilmu matematika, biologi, fisika, aqidah, itu sama-sama ilmu Allah, karena keluhurannya berbasis pada kebermanfaatan," jelas Hasyim. [Rep. Dian/ Red. Gita]
KOMENTAR