Seperti mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang didapatkan adalah cara untuk bahagia. Sehingga kita mengerahkan seluruh tenaga dan waktu kita untuk mengejar sebuah keinginan.
Di sisi yang lain, ambisi terhadap keinginan terkadang membuat kita justru kurang menghargai waktu di masa kini. Maksudnya begini, diri kita selalu merasa gelisah lantaran menginginkan sesuatu yang lebih. Hingga sering kali kita luput untuk sekadar mengapresiasi pencapaian kita.
Misalnya, seseorang bekerja keras siang hingga malam demi mencapai apa yang diinginkannya, seperti sebuah mobil Pajero. Ia menganggap itulah yang membuatnya bahagia. Dengan rasionalisasi, mobil Pajero akan memudahkan perjalanannya dan lebih aman, saat panas tidak kepanasan dan saat musim hujan tidak kehujanan.
Namun setahun kemudian ia menginginkan mobil yang lebih bagus dan unik, terlebih agar orang-orang tertarik dan menaruh kesan baik padanya. Ia telah melupakan keinginan sesungguhnya untuk memiliki mobil. Bahkan demi menuruti ambisi ini, ia rela menggunakan fasilitas kredit. Namun ketika keinginan kita yang tidak ada habisnya terpenuhi, kita telah bahagia?
Seneca, filsuf stoa menyatakan, "Bukan orang yang terlalu sedikit tapi orang yang menginginkan lebih, itu dia yang miskin". Sejalan dengan filsuf stoa lainnya, Epicetetus mengatakan, "kekayaan tidak terdiri dari memiliki harta yang besar, tapi memiliki keinginan yang sedikit".
Melalui konsepsi filsafat Stoicism, materi maupun ambisi keinginan bukan menjadi ukuran kebahagiaan. Pasalnya, keinginan akan sesuatu yang lebih muncul ketika kita melihat seorang memiliki sesuatu yang tidak kita miliki. Tetapi sebaliknya, kekayaan ialah ketika kita menerima kecukupan kehidupan kita.
Sebenarnya, mengejar keinginan secara terus-menerus bagaikan menutup lubang tanpa ujung. Hal ini justru membuang waktu kita untuk melakukan suatu hal yang tidak benar-benar kita butuhkan. Hingga akhirnya kita tidak sempat bahagia menikmati saat-saat yang telah dilalui.
Tips Memiliki Sedikit Keinginan
1. Merasa Cukup
Hal yang biasa kita dengar namun sering kali luput adalah merasa cukup. Hal ini juga berkaitan dengan kemampuan mengontrol diri. Bagaimana kita bisa memahami apa yang kita butuhkan, sehingga kita bisa mengatur pikiran dari munculnya keinginan lebih.
2. Memiliki Alternatif Lain
Bergantung akan satu hal akan membuat hidup kita terbatas, dan membuat kebahagiaan kita juga terbatas. Mengingat kembali apa yang dianut oleh kaum stoa, hampir tidak pernah mendapatkan apa yang diinginkannya. Inilah alasan mengapa kita tidak bergantung dan membuat rencana lain.
Kita tidak bisa bergantung pada satu hal saja. Sebab jika tidak berhasil pada satu hal itu, kita harus mencari alternatif yang lain. Kegiatan ini membuat kita aktif dan terus bergerak. Sementara orang aktif sangat jarang memikirkan bahkan menginginkan hal yang tidak diperlukan.
3. Utamakan Hal yang Disukai
Lalu bagaimana jika kita tidak menyukainya? Sebenarnya perlu memaksimalkan kegiatan untuk kepuasan batin. Pasalnya kebahagiaan tidak hanya bisa didapatkan dari proses eksternal saja. Kita bisa mendapatkan kebahagiaan ketika menjalani kehidupan yang baik dan berpikiran bijak. Kita perlu fokus pada apa yang memberi kebahagiaan batin dan menyadari bahwa diri kita telah memiliki segalanya untuk bahagia. Sebab menuruti segala keinginan hanya akan membuat gelisah, bisa jadi kita tidak bahagia. [Dian Ananda Permata]
KOMENTAR