![]() |
Kumparan.com |
Dalam kalender Jawa, kita mengenal istilah Rebo Wekasan yang menjadi hari terakhir bulan Safar. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat bahwa hari terakhir bulan Safar mengandung kesialan. Konon, pada hari itu turun malapetaka atau bala' yang akan tersebar di sepanjang satu tahun.
Sebagian masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, mempercayai hal tersebut. Beberapa dari mereka melakukan berbagai ritual seperti doa-doa, upacara adat, salat sunnah, sedekah, slametan, dan sebagainya dengan tujuan agar terhindar dari ancaman bala'.
Tidak ada hadis shohih yang menyebutkan bahwa Rabu Wekasan adalah hari datangnya malapetaka atau bala'. Hanya saja dalam sebuah kitab klasik seperti Mujarrobat ad-Dairobi, Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi mengatakan salah seorang waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (kedudukan tinggi dan sulit dimengerti orang lain) menceritakan bahwa pada setiap tahun, Allah SWT menurunkan 320.000 bala', musibah, ataupun bencana yang akan terjadi pada hari rabu terakhir bulan Safar.
Kepercayaan-kepercayaan tersebut juga dipengaruhi oleh mitos-mitos zaman dahulu yang mendapat musibah bertepatan di hari rabu wekasan. Seperti kisahnya Kaum 'Aad di zaman Nabi Hud.
Dalam kitab Tafsir Maalimu al- Tanjil, Imam Ibnu Mas'ud al Bagawi menceritakan bahwa pada waktu itu sedang terjadi kekeringan yang melanda Kaum Aad. Berbagai cara dilakukan untuk mendatangkan hujan. Namun, justru Allah memberikan azab berupa gumpalan awan dan mega hitam yang tebal.
Kemudian, datang angin topan yang sangat dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh. Angin tersebut merusak rumah-rumah warga yang membuat mereka kehilangan tempat tinggal dan keluarganya. Bencana angin topan itu berlangsung selama delapan hari tujuh malam, sehingga menyapu bersih kaum 'Aad yang angkuh.
Selain itu, rabu wekasan adalah hari ketika Habil dibunuh saudara kandungnya, Qobil. Dalam peristiwa lain, Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api dan ketika Allah menenggelamkan Fir'aun. Pada hari itu pula bertepatan dengan sakitnya Nabi Muhammad yang akhirnya meninggal pada bulan Rabiul Awwal.
Dari berbagai musibah yang terjadi pada hari Rabu Wekasan, pada setiap tahunnya masyarakat Indonesia menggelar bermacam-macam ritual untuk mencegah datangnya bala'. Cara masyarakat dalam mencegahnya pun berbeda-beda. Masyarakat Cirebon misalnya, tidak melakukan perjalanan jauh atau beberapa aktivitas yang cukup berbahaya. Mereka akan menggunakan waktunya untuk memperbanyak sedekah dan membantu orang yang kesulitan. Selain itu, memperbaiki diri dan berdoa agar diberi keselamatan.
Selain salat sunnah dan berdoa, umat Islam pun punya tradisi di hari Rabu Wekasan. Biasanya mereka mengadakan selametan, berdzikir, minum air jimat, serta berbuat baik kepada sesama. Hal itu sesuai anjuran dari Syaikh Ahmad bin Umar ad-Dairobi.
Tidak ada hukum yang melarang tidak diperbolehkannya melakukan berbagai macam ritual di hari rabu wekasan. Asalkan tidak melanggar syariat islam. Akan tetapi, hal itu tidak diperbolehkan jika meyakini datangnya bala' pada hari tersebut. Hanya saja, sebagai umat manusia kita dianjurkan untuk selalu ikhtiar dan berdoa kepada Allah.
Bukankan Allah bisa mendatangkan musibah kapanpun Dia mau? [Laily]
KOMENTAR