
Kemudahan akses internet sekarang tidak hanya digunakan aktif oleh pengguna dewasa saja, melainkan anak usia dini pun ikut aktif mengoperasikannya. Di mana tetangga saya, anak usia dua tahun saja sudah jago main gadget, ngegame, bahkan punya cara mainnya sendiri untuk berselancar di internet.
Kesukaan anak-anak di zaman sekarang memang sudah beda arena bermainnya. Zaman dulu paling mainannya musiman yang cenderung mengasah kemandirian dan juga kreatifitas anak dalam media yang real, tapi sekarang sudah sampai pada zaman bermainnya berbasis "touch" dengan hal rekayasa atau maya.
Dampak kemudahan akses internet yang disuguhkan pada anak-anak menjadikan mudahnya berselancar di dunia maya serta akses seluruh konten apapun di dalamnya. Hal ini nantinya akan berdampak besar pada usia remaja atau dewasa. Dampaknya bisa saja menjadi positif atau negatif. Tergantung dari apa yang dilihat dan dipelajari melalui konten masing-masing.
Internet menjadi media dari kumpulan berbagai macam unggahan orang-orang di seluruh dunia. Tidak terkecuali konten-konten negatif yang tidak sesuai untuk anak-anak seusia pelajar SD atau SMP, seperti; pornografi, grup jaringan narkotika, serta konten-konten yang berbau kekerasan lain.
Beberapa hal tersebut adalah contoh konten yang negatif, dan tidak baik jika dikonsumsi oleh anak-anak, yang notabene pemikirannya masih labil dan lemah karena mudah tergiur dari rasa penasarannya yang tinggi.
Kontrol Orangtua
Menurut Bill Gates, pelopor internet dunia, terkait hal di atas mengatakan bahwa peran orangtua terhadap anak dalam mengoperasikan internet menjadi keharusan demi terhindarnya anak anak dari konten yang tidak layak.
Bill Gates tidak mempermasalahkan anak-anak bermain apapun yang ia suka termasuk internet. Menurutnya, untuk mengontrol permasalahan pengaruh internet terhadap anak-anak bergantung pada orangtuanya. Salah satu caranya adalah dengan merekam apa saja yang dilakukan oleh anak-anaknya ketika berinternet.
Orangtua harus selalu mengontrol, dari apa yang membawa perilaku anak-anaknya dalam berinternet. Tidak harus mencegah, melarang, atau membatasinya untuk bermain internet. Orangtua bisa mengawasi dan menjelaskan hal-hal yang dipelajari anaknya lewat internet. Hal ini ini merupakan suatu sikap yang positif menyikapi sesuatu.
Bagi Bill Gates, ketika anaknya belajar tentang sesuatu, sebagai orangtua ia harus mendampinginya, memberikan penjelasan, pengertian yang baik untuk pengetahuan anaknya. Sikap orangtua yang positif, perhatian, dan memperhatikan masa depan anak akan mendorong pertumbuhannya menjadi berkembang secara terarah dan produktif.
Sebaliknya, para orangtua di masa sekarang yang "jor-joran" menggenggamkan fasilitas untuk online, seperti gawai, tablet, ataupun TV online ini seolah tidak memikirkan bagaimana kehidupan jangka panjang dari anaknya. Banyak orangtua yang merasa dengan membelikan gawai atau sejenisnya ini, suatu kebanggaan, seolah bukti kasih sayangnya terhadap anak.
Mereka berpikir, yang terpenting anak saya senang. Hal ini akan mencengangkan kalau di pandang bagaimana generasi dunia beberapa puluh tahun nanti? Padahal generasi bumi di masa mendatang adalah anak-anak yang ada saat ini.
Paradoks
Pengaruh internet bersifat paradoks. Perlu adanya strategi dalam berinternet dengat tepat. Setidaknya ada tiga hal untuk mengontrol diri dalam berinternet.
Pertama, internet memang segalanya ada, tapi tidak harus segalanya melihat internet, alias memperbudak diri dengan internet.
Kedua, anda juga harus memiliki filter dalam berinternet, terutama punya prinsip supaya tidak mudah terprovokasi oleh berita sana-sini.
Ketiga, menjadikan internet sebagai modal produktifitas. Minimal tiga hal tersebut, jika anda praktikan dalam berinternet tidak akan menjadi bumerang bagi diri anda.
Intinya, anak-anak berinternet boleh-boleh saja, tapi prosesnya harus tetap di ranah edukasi. Sebab kita mustahil menolak internet ada, bukan? [Sae]
KOMENTAR