"Kejahatan yang paling mengerikan tidak akan muncul dengan api dan tanduk, tetapi jubah malaikat. Ia membius dengan kebajikan. Mereka yang terbius akan rela mempertaruhkan nyawa untuk membela apa yang mereka kira kebaikan." (Kepingan Supernova: Inteligensi Embun Pagi, Hal: 155).
Dalam pengalaman membaca, kadang kita menemukan sepenggal kalimat yang mampu membuat kita berhenti sejenak, merenung, dan berefleksi. Sebuah momen yang menggerakkan kita untuk menorehkan penanda dalam fragmen kalimat tersebut.
Kepingan Supernova, media yang merangkum momen semacam itu. Berisi enam bab dari keenam seri laris Supernova, ada lebih dari tiga ratus fragmen pilihan termaktub di dalamnya.
Lewat bukunya, Dee Lestari seakan mengajak pembaca bernostalgia dengan kisah-kisah Supernova. Tidak berhenti di situ, bagi pembaca yang belum mengenal Supernova, Kepingan Supernova mampu menghadirkan diri sebagai bacaan yang sarat inspirasi. Diksi dalam buku menggunakan bahasa populer, memudahkan pembaca memahami makna kalimat di tiap fragmen.
Meski hanya berupa fragmen, namun Kepingan Supernova mampu mengantarkan kita pada soal pencarian jati diri. Kepingan Supernova, pertanyaan dan jawaban persoalan hidup dari perspektif yang berbeda.
Sold Out sebelum Rilis
Debut Dee Lestari dalam kancah sastra dimulai tahun 2001 dengan episode pertama novel seri Supernova berjudul Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Disusul episode-episode berikutnya; Akar, Petir, Partikel, Gelombang, dan Inteligensi Embun Pagi yang konsisten menjadi bestseller nasional.
Tepat setahun setelah lahirnya seri terakhir Supernova, Inteligensi Embun Pagi, Dee Lestari kembali merilis buku kumpulan fragmen Supernova berjudul Kepingan Supernova.
Kepingan Supernova hadir ke tangan pembaca untuk mengobati kerinduan penggemar Supernova. Ia menyuguhkan fragmen kisah Supernova berwujud penggalan kalimat indah menyentuh dari keenam seri Supernova tersebut.
Menurut editor Kepingan Supernova, Adham T Fusama, proyek pembukuan fragmen seri Supernova hanya dikerjakan serius dalam waktu singkat, satu bulan.
Hal tersebut tidak lantas menyurutkan antusiasme penggemar seri Supernova yang ingin menikmati karya terbaru Supernova. Terbukti, dengan ludesnya cetakan pertama Kepingan Supernova pada pre-order yang mengantarkannya pada predikat buku bestseller bahkan sebelum resmi rilis di toko buku seluruh Indonesia.
Kekurangan dari buku ini terletak pada penggalan fragmen yang dalam hemat penulis, belum mencakup seluruh esensi keenam seri Supernova. Ilustrasi gambar dalam buku pun kurang menggambarkan emosi yang dihadirkan, sebab pewarnaan hanya menggunakan tinta hitam dan putih. Lebih lagi kertas yang digunakan buku ini adalah HVS, membuat buku terkesan seperti fotokopi.
Terlepas dari kekurangan di atas, buku ini menawarkan pertanyaan dan jawaban tentang persoalan hidup, termasuk di dalamnya pencarian jati diri, bahkan cinta. Dikemas dengan bahasa ringan dan mudah dipahami, fragmen-fragmen yang tertuang pada Kepingan Supernova mampu menggiring refleksi pembaca pada pokok persoalan, "Apa asyiknya hidup tanpa pertanyaan?" [Etika]
KOMENTAR