IAIN-Idea News- Kebanyakan musisi Indonesia saat ini
hanya mencari materi. Mereka bermusik hanya bermodalkan lirik yang disukai
pasar atau kekreatifitasan yang berujung sensasi. Hanya segelintir saja pemusik
yang berani berbeda dan lebih mengedepankan pesan yang akhirnya menghasilkan
musik demi masa depan.
Itulah
gambaran isi Majalah IDEA edisi 34 “Latah Musik Indonesia” yang dibedah Kamis
(16/1) di depan gedung F1 Fakultas
Ushuluddin pukul 08.30 WIB. Bedah majalah yang diterbitkan LPM IDEA Fakultas Ushuluddin
IAIN Walisongo, Semarang itu diadakan
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas majalah IDEA.
“Dengan ini, kami
ingin majalah IDEA menjadi lebih baik ke depannya,” papar Faiqoh Rosita Pemimpin
Umum LPM IDEA.
Acara itu dihadiri
puluhan mahasiswa. Selain mahasiswa Ushuluddin sendiri, hadir pula mahasiswa
dari universitas lain, yaitu mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan
Universitas Dipenogoro (UNDIP), dan delegasi dari SKM Amanat dan LPM Missi.
Namun disayangkan, animo mahasiswa dari ushuluddin cenderung minim. Bahkan ada
beberapa mahasiswa yang hanya mengambil majalah tanpa mengikuti acaranya.
Muhamad Zubair Hasan,
Pemimpin Redaksi LPM IDEA, menegaskan bahwa IDEA sebenarnya bukan hanya milik
kru IDEA, tetapi milik bersama mahasiswa Fakultas Ushuluddin. Tiap mahasiswa
berhak mengambil majalah yang terbit satu kali per semester itu.
“Karenanya, kritik
dan saran dari mahasiswa kami harapkan, agar kami termotivasi supaya bisa
mempersembahkan majalah yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga bisa terbit
tepat waktu,” terang Zubair.
Cukup qualified
Majalah itu dibedah
oleh Zainul Adzfar, salah satu doktor Fakultas Ushuluddin di bidang ilmu
Filsafat, dan Ahmad Fauzi, penulis buku Agama Skizofrenia.
Zainul
menuturkan, ideologi bisa membentuk corak musik suatu masa. Tetapi
kecenderungan musik Indonesia saat ini terbalik. Justru musik yang membentuk
ideologi masyarakat.
“Selain
itu, ruang kontemplasi tidak ada pada musik saat ini. Padahal, seharusnya musik
yang pada dasarnya mempunyai unsur estetika itu harus bisa menghadirkan sesuatu
yang diatas rata-rata,” terang Zainul.
Terkait
isi majalah, IDEA kali ini
mengusung tema ideologi musik, tetapi tokoh yang diambil cenderung ke filsafat.
“Keilmuan tokoh
seperti Wilde dan Adorno yang dituturkan dalam majalah lebih
cenderung ke Filsafat,” tegas Zainul.
Adapun Fauzi menuturkan, karakter musik yang dibahas dalam majalah
IDEA edisi 34 itu melulu musik untuk mendapatkan ketenangan dan harmoni.
Padahal, sebenarnya
ada musik yang mengandung unsur ekstase dan kemabukan seperti
yang diusung oleh Nietze.
“Tetapi secara umum,
analisis yang ada dalam majalah ini cukup qualified,” tutur Ahmad Fauzi.
Faiqoh Rosita,
Pemimpin Umum LPM IDEA memaparkan behind scene pra pembuatan majalah
edisi 34. Menurutnya, membahas tema musik, bagi redaksi, adalah
tantangan yang cukup sulit. Salah satu kesulitannya adalah menentukan mau
dibawa kemana arah dari tema yang diusung itu.
“Redaksi yang sama
sekali tidak mempunyai background musik, harus mengkaji tema yang jauh
dari keilmuan yang dipelajari di kampus itu. Dan akhirnya, inilah hasil karya
kami.” Ungkap Faiq. [Qorina-IDEA]
KOMENTAR