Lima kandidat calon rektor UIN Walisongo Semarang periode 2023-2027, dalam 'Debat Terbuka Calon Rektor' di auditorium kampus 3 pada Rabu, (14/6/23). |
Tujuh kandidat itu, ditetapkan sebagai calon rektor berdasarkan pengumuman Nomor 008 tahun 2023, pada (8/5/23). Di antaranya, Syamsul Maarif, Abdul Ghofur, Mukhsin Jamil, Imam Yahya, Musahadi, Fatah Syukur, dan Imam Taufiq.
Ketua Dema UIN Walisongo, Faris Balya menyampaikan permintaan maaf lantaran hanya bisa mendatangkan lima dari tujuh kandidat calon rektor UIN Walisongo. Dua kandidat yang berhalangan hadir, yakni Syamsul Maarif dan Imam Taufiq.
"Karena berhalangan, dua kandidat belum dapat hadir dalam forum ini," katanya, dalam sambutan acara forum debat yang bertajuk 'Debat Terbuka Calon Rektor', Rabu (14/6/23).
Rangkaian acara debat itu dimulai pada pukul 09.30 WIB. Moderator acara mempersilakan masing-masing kandidat untuk menyampaikan visi misi dan gagasannya, dengan estimasi waktu tujuh menit.
Selain menyampaikan visi misi, terdapat dua sesi lainnya. Meliputi, sesi tanya jawab calon rektor yang sudah terhimpun dalam google forms, dan sesi closing statement, masing-masing kandidat diberi waktu 5 menit dalam tiap sesi.
Sebelumnya, pihak Dema telah mewadahi pertanyaan melalui google form yang dapat diisi oleh seluruh elemen UIN Walisongo. Hal itu juga disampaikan melalui akun instagram DEMA, @demauinsmrg,
Ketua pelaksana acara, Fuad Dhiyaulhaq mengatakan pihaknya telah merangkum pertanyaan dalam beberapa fokus bidang, yaitu secara akademik, keuangan dan kemahasiswaan, serta eksistensi UIN di taraf nasional.
"Pertanyaan-pertanyaan yang sudah disampaikan 100 lebih oleh seluruh masyarakat kampus itu kami kerucutkan, kami pilah satu-satu yang mana yang masuk akademik, yang masuk ke keuangan, mana yang masuk eksistensi, Jadi itu sudah merangkum semuanya dalam 3 sesi," jelas Fuad saat didatangi Kru IDEAPERS.COM usai acara, pada Rabu (14/6/23).
Lebih lanjut, dia memaparkan alasan pihaknya memilih membuka pertanyaan calon rektor secara online. Menurutnya, cakupan pertanyaan secara online akan lebih luas dan mempersingkat waktu forum debat berlangsung.
"Google form itu kan tidak hanya di share kepada mahasiswa, tapi juga kepada dosen, tenaga pendidik, bahkan sampai keluarga alumni mahasiswa di UIN Walisongo Semarang atau kalam." jelasnya.
"Kalau semisal nanti dibukakan forum kepada mahasiswa secara umum khususnya, yang kami takutkan itu tidak mampu untuk mengakomodir seluruh pertanyaan-pertanyaan yang ada dari seluruh warga UIN," tambahnya.
Baca Juga: Keluhkan Fasilitas Ma’had UIN Walisongo, Santri: Menu Catering Perlu Diperbaiki
Untuk mempersiapkan acara ini, kata Fuad, pihaknya menghabiskan waktu sekitar tiga minggu. Dia menilai, komunikasi soal kesepakatan dengan tujuh guru besar UIN Walisongo itu, yang membuat persiapan lama.
"Untuk meng-fix kan tanggalnya itu harus sesuai kesepakatan dari 7 kandidat ini. Walaupun sudah sesuai kesepakatan, tapi ternyata hari ini pun ada yang tidak bisa hadir, karena memang ada kegiatan yang mendadak," katanya.
Adapun kendala lainnya, kata dia, soal kepastian hadir tamu undangan dalam acara ini, lantaran bertepatan dengan musim UAS (ujian akhir semester) mahasiswa.
Lebih lanjut, pihaknya telah menyebar 30 undangan secara kelembagaan civitas academika UIN Walisongo, seperti mahasiswa intra kampus hingga birokrasi. Hasilnya, kata dia, sebanyak 148 peserta telah hadir dalam debat rektor ini.
"Kami kan berharap bisa rame dan menghadirkan semua elemen kampus," ungkapnya.
Terakhir, Fuad berharap mahasiswa dapat lebih peduli terhadap regenerasi kepemimpinan yang kelak akan membawa nama baik UIN Walisongo. Dia menilai, acara itu bisa menjadi sarana mahasiswa untuk melihat ke arah mana UIN Walisongo di bawa ke depannya oleh para calon rektor.
"Walaupun secara kebijakan pemilihan itu dipilih oleh Kementerian Agama, tapi kita juga berharap juga ikut andil gitu loh, berpartisipasi dalam menyongsong pergantian kepemimpinan di UIN Walisongo Semarang," ucapnya.
"Acara ini sebagai forum untuk seluruh civitas akademika, mahasiswa, tenaga pendidik, dosen, dan lain sebagainya. Untuk dapat melihat sebenarnya seperti apa gagasan dari setiap calon rektor yang akan mencalonkan diri atau pekan nantinya menjadi rektor UIN walisongo Semarang ke depan," sambungnya.
Tanggapan Mahasiswa
Di sisi lain, salah satu peserta acara, mahasiswa Akidah Filsafat Islam (AFI), As'ad Hasanudin mengaku menyambut baik acara ini.
"Bagus sih karena dari pihak calon pun berusaha untuk menyampaikan dan menjawab aspirasi dari mahasiswa," tuturnya.
Namun, As'ad menyayangkan tidak dibuka forum dialog atau sesi tanya jawab calon rektor secara langsung.
"Tapi ada satu minusnya karena forum gak bisa berdialog," singkatnya.
Sementara itu, salah satu mahasiswa jurusan Ilmu Al-Qur'an Tafsir (IAT) inisial AD menilai debat calon rektor ini tergolong biasa saja. Bahkan, lanjutnya, tidak ada kegiatan atau hal yang menjadi topik perdebatan sepanjang acara.
"Membosankan," jawab dia singkat.[Rep. Riska/Red. Dian].
KOMENTAR