Ilustrasi orang berpuasa (Sumber: Tribunnews.com) |
Ibadah puasa sebagai bentuk penghambaan manusia kepada sang pencipta mempunyai makna yang sama dengan agama-agama lainnya. Berbagai agama juga mengajarkan berpuasa untuk melatih, menjaga dan menahan dari sesuatu yang berkaitan dengan nafsu.
Manusia pada hakikatnya punya akal yang mengarahkan dirinya pada pemikiran jika antara pikiran, nafsu baik yang bersifat jasmani dan rohani perlu dikontrol. Setiap orang punya keinginan yang terus bertambah tanpa batas apabila tidak menahan diri.
Menahan diri ini sebagai bentuk puasa agar melatih jiwa dan emosi manusia. Puasa dalam setiap agama memberi pengajaran untuk berpantang terhadap sesuatu. Pembeda bentuk puasa antara satu agama dengan yang lainnya terletak pada bentuk larangan apa saja dan waktunya.
1. Islam
Puasa dalam ajaran agama Islam terbagi menjadi dua, bersifat wajib dan sunnah. Puasa Sunnah dilakukan pada hari-hari tertentu yang telah ditetapkan dan terdapat berbagai macam puasa. Sedangkan puasa wajib hanya terjadi satu tahun sekali selama satu bulan.
Bentuk puasa dalam Islam, menahan diri untuk tidak makan, minum dan melakukan hal-hal yang membatalkan puasa dari waktu imsak hingga Maghrib. Hal tersebut sekaligus sebagai syarat sahnya puasa secara lahiriah.
Namun, puasa dalam Islam juga mengajarkan nilai batiniah, dimana puasa berarti menahan untuk tidak marah, menggunjing, membicarakan keburukan orang lain, marah-marah, dan hal buruk lainnya. Sehingga puasa dalam Islam diharapkan agar umat Islam menahan diri dari nafsu yang bersifat lahiriah dan batiniah.
2. Yahudi
Agama Yahudi menamakan puasa dengan Ta'anit. Sebagaimana puasa yang berarti menahan. Umat Yahudi juga menjaga diri untuk tidak makan, minum dan menggunakan sepatu yang terbuat dari kulit. Tetapi puasa kaum Yahudi dilakukan selama sehari semalam, selama 24 jam.
Umat Yahudi melangsungkan puasa di hari-hari tertentu dan yang biasa dilakukan adalah puasa Rosh Hashanah atau puasa malam tahun baru Yahudi selama 10 hari dan puncaknya dinamakan puasa Yom Kippur. Puasa Yom Kippur ini menjadi wajib bagi penganut Yahudi sebagai hari penebusan.
Melansir dari Nu.Online pada artikel yang ditulis A Muchlishon Rochmat, tujuan kaum Yahudi berpuasa untuk merenungkan dosa yang dilakukan, berharap kepada sang pencipta akan penderitaan yang dialami, meredakan kemarahan tuhan, bisa menghadapi bahaya dan mendapatkan Ilham.
3. Katolik
Berpantang menjadi istilah lain puasa pada Agama Katolik. Perbedaannya, menukil dari KumparanSains berpuasa menjadi wajib bagi orang yang sudah berusia 18 tahun. Mereka diperbolehkan makan hanya sekali selama sehari.
Sedangkan berpantang, kewajiban bagi mereka yang sudah berusia 14 tahun ke atas. Berpantang melatih mereka untuk meninggalkan sesuatu yang disukai seperti merokok, makan daging dan sebagainya. Adapun puasa pra-paskah dilakukan selama 40 hari.
Antara berpuasa dan berpantang menurut kepercayaan mereka, sebagai cara mendekatkan diri pada tuhan sekaligus mengintegrasikan pengorbanan penganut Katolik terhadap pengorbanan Yesus Kristus pada kayu salib.
4. Budha
Ajaran Budha mengajarkan menahan diri dari sesuatu. Istilahnya terkenal dengan nama Uposatha. Mereka berpuasa melihat hari dari kalender Budha. Berbeda dengan kepercayaan di atas, agama Budha memperbolehkan minum namun tidak boleh makan seharian.
Terdapat delapan aturan yang dikenal dengan Uposatha-Sila. Mereka yang berpuasa tidak boleh membunuh, melakukan seksual, mencuri, makan dari siang hingga malam, berbohong, menonton hiburan dengan memakai kosmetik, parfum hingga perhiasan.
Ada bentuk puasa lain dari umat Budha, puasa vegetaris. Mereka dilarang makan sayur-sayuran dan biji-bijian. Puasa tersebut diamalkan dari tanggal 1 sampai 15 pada kalender Budha.
5. Hindu
Istilah lain dari puasa pada agama Hindu mengambil kata dari bahasa sansekerta yakni upawasa yang bermakna puasa wajib. Biasanya Upawasa dilakukan pada hari-hari tertentu. Umat Hindu berpuasa sehari semalam selama 24 jam. Ajaran Hindu dalam berpuasa juga ada yang bersifat wajib dan tidak.
Puasa yang wajib misalnya di hari Siwaratri sebagaimana artikel yang di muat di Bali.idntimes, menuliskan malam tersebut dipercaya sebagai penebusan dosa sehari sebelum bulan ketujuh atau Hari Tilem Kasih Kepitu. Yang tidak wajib contohnya puasa hari lahir (weton), puasa untuk kebutuhan spiritual dan sebagainya.
Umat Hindu mempercayai, puasa tidak hanya merasakan menjadi orang miskin, menghapus dosa dan janji surga tetapi juga bertujuan sebagai puasa pada agama lainnya, mengendalikan keinginan dan mendekatkan diri pada tuhan.
Melihat berbagai macam puasa yang ada pada agama di atas dapat ditelisik, makna puasa memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada tuhan dan mengendalikan nafsu seseorang terhadap keinginan sendiri sebagai manusia yang tidak memiliki puncak kepuasan. [Ayu Sugiarti]
KOMENTAR