Perkuliahan dengan sistem online di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang terhitung hampir menginjak dua semester berjalan. Metode pembelajaran masih sulit dipahami oleh mahasiswa. Namun akhir-akhir ini, kampus sering digegerkan dengan adanya wacana penerapannya kembali sistem perkuliahan offline.
Pembahasan terkait perubahan ini pun sudah dilaksanakan oleh pihak birokrasi dan pemerintah kota Semarang. Metode pembelajaran dengan menggunakan teknis penggabungan antara sistem perkuliahan online dengan tatap muka juga tidak luput dari perencanaan pihak kampus.
Meski begitu, kabar tersebut belum bisa dibenarkan. Karena butuh adanya pemantapan kembali, mengingat bahwa status Covid-19 di daerah Semarang sempat berada di zona merah. Tidak hanya itu, rujukan utama perawatan pasien yang terinfeksi Covid-19 dari provinsi Jawa Tengah juga di Semarang.
Terlepas dari bagaimana kampus mempersiapkan semuanya, baik metode pembelajaran maupun fasilitas. Mahasiswa sebagai yang akan melakukan pembelajaran, juga harus mempersiapkan kuliah offline setelah berbulan-bulan hanya berada di depan layar. Sehingga tercapai tujuan bersama dalam hal transfer ilmu pengetahuan di lingkup kampus.
Pergantian sistem ini, menjadi hal baru bagi mahasiswa UIN Walisongo. Apalagi bagi mahasiswa baru yang sama sekali belum pernah mengetahui dunia kampus. Atau, apakah pikiran mengenai perkuliahan hanya sebatas cerita yang ada di FTV saja? yakni kehidupan kampus tanpa adanya problematika dan pegolakan eksistensi di dalamnya.
Variasi latar belakang asal mahasiswa pastinya juga berpengaruh terhadap respon masalah yang akan dihadapi. Pengetahuan tentang seputar kampus juga kemungkinan hanya berhasil dikuasai oleh sebagian kecil mahasiswa baru UIN Walisongo Semarang. Juga untuk mahasiswa yang sempat merasakan hiruk pikuk selama perkuliahan berlangsung.
Banyak hal yang mesti disiapkan sebelum ditetapkannya perkuliahan secara offline. Salah satunya kesiapan mental menghadapi semua permasalahan kampus yang sudah siap menyerang mahasiswa ketika perkuliahan offline ditetapkan. Seperti sulit memulai interaksi dengan orang lain. Apalagi selama ini, semua aktivitas hanya bisa dilakukan dalam ruangan saja.
Banyak hal baru yang akan ditemui mahasiswa dan hanya bisa ditemui dalam dunia perkuliahan. Seperti sistem pembelajaran yang berbeda sewaktu di Sekolah Menengah dulu. Mahasiswa dituntut bisa melakukan dialektika dengan baik di dalam kelas. Perlu adanya persiapan dalam hal public speaking dan pengetahuan mengenai materi perkuliahan.
Hal ini sering dilupakan oleh banyak mahasiswa, dan malah cenderung menyia-nyiakan waktu. Mahasiswa harus pandai menyesuaikan dengan aktifitas lainnya. Seperti berorganisasi, tidur, bermain gawai, nongkrong, dan juga bekerja paruh waktu.
Meningkatkan wawasan dan potensi diri, tidak melulu didapat dari dalam kelas perkuliahan. Mengikuti beberapa organisasi dengan maksud untuk media pembelajaran, bisa dicoba mahasiswa baru di UIN Walisongo Semarang. Namun, bukan berarti harus masuk di banyak organisasi. Waktu akan habis terbuang hanya untuk menyibukkan diri mengurusi organisasi dan hanya berkutat dengan masalah manajemen kegiatannya.
Tidak hanya memilih oraganisasi yang sesuai dengan bakat dan minat mahasiswa. Tetapi juga memperhatikan manfaat yang didapatkan kedepannya ketika ikut bergabung di dalamnya.
Mahasiswa baru juga akan memiliki kakak tingkat (kating) yang lebih dahulu masuk di dalam kampus. Mereka tentu mempunyai cara atau tradisi tersendiri untuk menyambut dan menyikapi datangnya mahasiswa baru. Sikap dan sifat kating tentunya akan bervariasi.
Pengenalan karakter bukan hanya didapat dari kakak tingkat. Namun penting juga memahami sifat dosen, ketika memberikan pemahaman soal materi yang sedang dibahas. Karakter dosen berbeda-beda pula. Mulai dari dosen killer, sibuk dan jarang masuk, hanya memberi tugas, sampai tidak mau dibantah ketika proses transfer pengetahuan di dalam kelas.
Untuk mendapatkan informasi seputar dosen, tidak ada salahnya jika memanfaatkan senior. Hal ini akan mempermudah menyesuaikan diri dalam hal berdialog di dalam kelas. Dengan ini, mahasiswa bisa memahami dan menyiapkan sikap ketika berinteraksi langsung di dunia perkuliahan.
Hal ini menjadi penting untuk disiapkan bagi mahasiswa menemui situasi baru ketika perkuliahan dengan sistem offline. Tapi, satu laagi yang tidak boleh luput, yakni rencana ke depan. Seperti target kelulusan ataupun pengalaman seperti apa yang ingin dirasakan. Fakta yang sering ditemui, banyak mahasiswa yang merasa terbebani ketika temannya meraih hasil lebih.
Dengan mempersiapkan segala hal tersebut, mahasiswa diharapkan tidak mudah terkejut dengan adanya permasalahan kampus yang tidak pernah selesai. Bagi mahasiswa baru, selamat datang dengan dunia kampus dengan meninggalkan imajinasi fiktif tentang perkuliahan yang hanya sebatas FTV.
[Pen]
KOMENTAR