Muhammad Barirul Fatron, wisudawan terbaik FUHum periode 73 |
Semarang, IDEAPERS.COM-Mahasiswa kelahiran Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal, 25 Maret 1993, Muhammad Barirul Fatron menjadi mahasiswa terbaik Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) UIN Walisongo Semarang setelah memperoleh Indeks Prestasi Komulatif (IPK) sebesar 3.92.
Mahasiswa yang akrab disapa Arul ini mengatakan dirinya tidak menduga akan terpilih menjadi wisudawan terbaik FUHum periode 73 tahun 2018.
"Iyo andai aku bener jadi terbaik, Alhamdulillah," katanya ketika diwawacarai kru IDEAPERS.COM, Senin (03/09/18).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa keberhasilannya ia dedikasikan untuk almarhumah ibunya.
"Satu perasaan mendalamku, semua aku dedikasikan untuk almarhumah ibuku Hj. Nur Af'idah yang setiap aku menyaksikan tangisannya untuk keberhasilan anak-anaknya," imbuhnya.
Selain itu, ia juga sangat berterima kasih kepada pihak yang telah membantu serta mendukungnya dalam pembuatan skripsi.
"Kalau orang tua, jelas doa dan semangat mereka adalah booster (penyemangat, red) bagiku. sampai saat aku mengerjakan skripsi, enggak sekalipun mereka berani menyuruhku ini itu. Aku jadi tambah semangat, enggak ingin membuat mereka kecewa. Adik kandungku yang selalu ngadem-ngadem kalau pas aku tegang dan ada masalah dan teman-temanku. Terutama teman-teman yang ikut dalam perjalanan skripsiku, ada yang menemani penelitian sampai hujan-hujanan juga waktu itu," tutur mahasiswa jurusan Ilmu al-Qur'an dan Tafsir itu.
Diusir Saat Penelitian
Perjalanan Arul dalam membuat skripsi pun tidak berjalan mulus. Dalam menyelesaikan skripsi berjudul "THE RELEVANCE OF HADITS ABOUT JUDGEMENT-DAY-SIGN WITH THE PHENOMENON OF BUILDING EXTRAVAGANT MOSQUES (A Case Study on Kangkung Sub-District Kendal District)" ia menyatakan, dirinya bahkan pernah diusir saat wawancara di masjid setempat. Namun, melalui cara kekeluargaan dan pendekatan persuasif, akhirnya Arul mengatakan ia bisa menyelesaikan itu semua dengan baik.
"Pernah diusir malahan. Ya memang ada konflik di masyarakat situ dan masyarakat kan enggak mau diekspos. Tapi dengan pendekatan kekeluargaan bisalah. Malah akhire bapaknya bicara blak-blakan. Ya sedikit jual nama orang tua," guraunya.
Kata Arul, setelah lulus nanti, dirinya berniat untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
"Tetap belajar, awalnya bapak menyuruh kembali ke pondok, tetapi insya allah dapat beasiswa S2, jadi S2 dulu lah," tutur anak sulung dari empat bersaudara itu.
Selain itu ia juga berpesan kepada mahasiswa yang belum lulus agar tetap semangat dan berusaha.
"Tetap semangat berjuang, hidup itu pilihan, pilih skripsi atau yang lainnya. Jadi, jangan pernah sesali langkah kalian, semua akan indah pada waktunya," pungkasnya. [Rep. Abdi/Red. Bells]
KOMENTAR