Ilustrasi: Amazon.com |
Judul : The Disaster Artist
Tahun : 2017
Durasi : 1 Jam 44 Menit
Sutradara : James Franco
Pemain : James Franco, Dave Franco.
Ketika kita mengetik key words 'The Disaster Artist' pada Google atau mesin pencari internet lainnya, hal yang ditemukan selain identitas dan rating film, adalah keterkaitannya dengan film The Room serta ulasan beberapa artikel yang menyebut bahwa film The Disaster Artist merupakan film bagus tentang film terburuk sepanjang masa.
Tidak heran, sebab film ini bercerita tentang proses pembuatan film The Room yang rilis pada tahun 2003 lalu dan notabene sebuah film 'malapetaka' sekaligus aib dalam industri perfilman Hollywood. The Room adalah sebuah film bergenre melodrama yang ganjil dengan plot berantakan, adegan tidak teratur, akting pemain yang pas-pasan namun anehnya menghabiskan bujet kurang lebih 6 juta USD (setara 87 miliar rupiah). Film ini bahkan dikenal sebagai 'Citizen-Kane nya film jelek' atau raja dari film jelek Hollywood yang sepatutnya dikritik, dicemooh, diolok dan ditertawakan.
Tapi, meski The Disaster Artist berangkat dari cerita tentang film terburuk, tidak lantas menjadikan film ini jadi buruk. Diproduseri, disutradarai, dan dimainkan oleh James Franco, film berdurasi 1 jam 44 menit ini masuk berbagai nominasi ajang penghargaan bergengsi Hollywood sekelas Academy Awards. Film ini juga menyabet piala Golden Globe dalam kategori aktor terbaik oleh pemeran utama, James Franco. Rating IMDB film ini pun berada pada skor 7.5 dari 10 bintang oleh 93 ribu penonton.
Film rilisan 2017 lalu ini bercerita tentang Tommy Wiseau (James Franco) dan sahabatnya Greg Sestero (Dave Franco) yang ingin menjadi aktor. Atas saran Tommy, mereka pindah ke Los Angeles untuk mengejar karir berakting. Di sana, Greg mendapat kesempatan bekerja sama dengan agensi artis Iris Burton sedang Tommy harus mendapat berbagai macam penolakan dari agensi artis karena tampangnya yang tidak menjual serta keburukan aktingnya.
Namun, berkerjasama dengan agensi artis tidak lantas membuat Greg 'dipanggil' untuk bekerja dalam sebuah proyek. Sebab, kemampuan berakting Greg kala itu memang pas-pasan. Ia merasa telah gagal menaklukkan mimpinya di Los Angeles. Keluhan yang sama juga datang dari sahabatnya, Tommy, menurutnya Los Angeles terlalu angkuh untuk tidak memberinya kesempatan berkarya di dunia akting. Tapi mereka tidak lantas menyerah dengan keadaan, atas alasan itulah Tommy ingin membuat filmnya sendiri.
Ia membuat film yang naskahnya ditulis sendiri. Menurut Tommy, filmnya nanti akan jadi masterpiece seperti Tennessee Williams. Tidak tanggung-tanggung, ia juga merangkap sebagai produser, sutradara, pemain, sekaligus distrubutor film tersebut. Ketika Greg bertanya, dari mana ia mendapatkan uang untuk membuat filmnya sendiri? Tommy lebih memilih diam dan tidak menjawab.
Film yang dikerjakan penuh ambisi tersebut bukannya bagus, malah jadi proyek gagal dan jadi karya terjelek sepanjang masa dalam dunia perfilman Hollywood. Dialog yang absurd, interaksi yang kacau, kamera yang tidak fokus, shot adegan yang loncat-loncat menambah keamburadulan film garapan Tommy. Anehnya, ia meyakini jika karyanya tersebut adalah sebuah mahakarya sumbangan bagi perindustrian film di dunia.
Transformasi Film Terburuk Jadi Film Cult
Dalam cerita The Disaster Artis, digambarkan bahwa saking hancurnya film The Room, ejekan penonton yang mulanya cemooh, kini berubah jadi lelucon dan malah menjadikan film bergenre melodrama tersebut seolah jadi film drama-komedi absurd. Kehancuran cerita film tersebut seakan menjadi semacam komedi tersendiri. Paling tidak, saking jeleknya film itu, masyarakat jadi penasaran dan memaksakan mata mereka menonton film tersebut di bioskop. Cerita film terburuk sepanjang sejarah akhirnya mendapat tempat di mata penonton dan naik tingkat menjadi film 'cult' atau film absurd yang memiliki penggemarnya sendiri.
Akting para pemain The Disaster Artist dalam memerankan tokoh cerita mereka pun begitu total. Mereka memang dituntut untuk bisa memerankan apa saja termasuk melebur jadi aktor kacangan dalam tokoh di film The Room.
The Disaster Artist, membuka perpektif baru dalam film The Room. Uang tidak dapat membeli mimpi dan bukan sarana pembuktian diri. Sekali pun memiliki banyak uang, Tommy tetap harus jatuh bangun mengejar mimpinya menjadi seorang aktor. Bahkan ketika ia berhasil merampungkan film ambisiusnya, tidak lantas menjadikannya sineas Hollywood yang dielukan, justru sebaliknya. Tapi ia tidak ambil pusing, baginya kesuksesan adalah apa yang dapat dibuktikannya kepada diri sendiri bukan orang lain.
Disarankan ketika melihat film ini, kita menonton dulu film The Room arahan Tommy Wiseau. Sebab, kita tidak akan menemukan konteks yang ditawarkan di film jika tidak mengikuti perkembangan film tersebut. Just, watch the movies and let the things happen. [Et]
KOMENTAR