Ilustrasi Novel Setan Merah |
Alasan Mei 1998 menjadi titik awal, karena sebagian rakyat menyadari bahwa cita-cita gerakan telah dibelokkan, dikhianati, dan tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Ia telah dicuri para elit; elit agama, elit ekonomi, elit politik, elit militer, dan elit partai.Tan Malaka yang dimitoskan sebagai sosok panutan perjuangan serta figur sentral, membawa ancaman tersendiri bagi mereka, para elit.
“Bukan saja tentang agenda landform yang dijalankan dengan brutal sejak 1946 dan dikategorikan tidak ditujukan sebagaiana mestinya, bukan sekedar pertarungan konsep Bung Karno dan Tan Malaka, bahkan kemudian bisa ditemukan, bahwa operasi dan agenda Tan Malaka, ternyata berperan sangat dominan dalam pengahancuran cita-cita proklamasi dan menjerumuskan Republik Indonesia pada kepentingan global.” (hal 33)
Dalam salah satu kutipan tersebut, penulis menampilkan wajah berbeda Tan malaka. Bukan sebagai pejuang gigih yang mengusir kaum kapitalis dari nusantara, namun sebagai agen global yang punya narasi besar untuk membelokan pemahaman rakyat akan falsafah Indonesia.
Dalam novel ini, penulis menggambarkan situasi dan kondisi carut marut yang menjangkit gerakan mahasisawa dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penulis ingin mengurai kekusutan pemahaman para aktivis dalam memahami ideologi Indonesia.
Kerancuan paham falsafah Indonesia dari generasi ke generasi ini menyebabkan aktivis pergerakan salah kaprah, sehingga cita-cita mulia yang diinginkan tak kunjung tercapai, kedaulatan rakyat. Sebuah cita-cita yang tetap terdengar utopis hingga kini.
Menariknya, buku ini berisi pandangan-pandangan baru penulis yang bertolak belakang dengan anggapan publik terkait dengan Tan Malaka, bukan sebagai figur yang dikagumi tapi sebagai seorang agen global.
Tidak dijelaskan siapa pengarang asli buku ini, namun tertera sebuah nama yaitu Peter Dantovski, yang merupakan nama fiksi dari suatu akun profil di facebook. Diksi yang digunakan penulis ringan, tetapi mengandung makna tersirat hingga penulis menyisipkan footnote untuk memudahkan pembaca memahaminya.
Penulis menekankan bahwa Indonesia punya falsafah yang harus direnungkan dan diaplikasikan. Seperti Pancasila yang telah dirumuskan dan diperjuangkan oleh pejuang reformasi kita, Soekarno. [DIna]
KOMENTAR