Ilustrasi. |
Ada satu hal yang terus menghantui bahkan mengancam bangsa yang menjunjung tinggi nilai luhur Pancasila dan sebuah persatuan di atas perbedaan golongan ini. Yakni teror perpepecahan dengan tujuan merubah sistem negara dan ideologinya. Mereka yang memiliki kepentingan tersebut akan melakukan segala cara dan menyerang dari aspek manapun hingga tujuannya terlaksana.
Di tengah ancaman tersebut, bangsa ini juga tengah dibuat mabuk dunia maya yang membuat masyarakat semakin individual. Hal tersebut sangat urgen untuk dikaji kembali sebelum ancaman tersebut semakin masif di negeri ini. Hal tersebut sangat penting hubungannya dengan peran pemuda, khususnya pemuda Islam, di mana agama Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia.
Pemuda yang digadang-gadang sebagai penerus generasi tua, jika semakin mabuk dunia maya tanpa memikirkan masa depan bangsanya akan menambahkan negeri ini semakin terpuruk. Belum lagi, mereka yang menginginkan kehancuran NKRI telah masuk lewat banyak jalan. Salah satu yang paling masif sekarang ialah lewat jalan jejaring sosial yang dijadikan mesin propanganda.
Seorang teman bertanya tentang mana yang lebih penting antara membela agama atau membela negara? Karena dari artikel-artikel yang ia baca di internet banyak yang mempertanyakan hal demikian, artikel-artikel propaganda yang mengatasnamakan agama, yang memaksa orang berfikir sesaat untuk memilih antara agama dan negara.
Teman saya yang juga tengah duduk di bangku kuliah ini adalah bagian kecil dari masyarakat yang mengkonsumsi bahan melalui internet, yang mana bahan tersebut belum divalidasi tanggung jawab penulisannya, juga jika tidak dianalisis mendalam akan menyebabkan orang salah penafsiran bahkan salah bersikap.
Agama seharusnya tetap menjadi hal mafhum untuk diperjuangkan sebab menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya. Islam tetap dengan rahmatan lil alamin-nya. Sebagai jalan ibadah. Sebagai jalan bagaimana menjadi pribadi yang manusiawi. Bukan malah mengatasnamakan agama untuk kepentingan kekuasaan semata.
Begitu pula dengan umat beragama yang tinggal di Indonesia, sebagai bangsa yang merdeka. Semestinya pun selalu memperjuangkan tanah airnya yang telah memberi penghidupan dengan sumber daya alam melimpah. Sebab, perjuangan orang-orang terdahulu merebut tanah air dari tangan penjajah sangatlah sulit, dengan mengorbankan nyawa.
Tentu, dalam proses pendewasaan bangsa, kita seharusnya lebih bijak dalam mengambil sesuatu dan bersikap. Terlebih bagi pemuda generasi penerus bangsa, khususnya pemuda Islam harus jeli dan bijak. Pemuda Islam bisa menjadi kunci kemajuan agama dan bangsa, dengan cara menerapan nilai-nilai keislaman yang pada hakikatnya mendamaikan dan menjunjung tinggi kemanusiaan, juga dengan semangat patriotisme tinggi. Tidaklah kita mau memilih untuk hidup damai dan bermanfaat?
Pemuda, dengan semangatnya juga harus belajar kepada orang-orang terdahulu yang telah diakui dunia. Seperti Gus Dur, Soekarno, Habib Lutfi. Dimana mereka yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan tinggi pun sangat mencintai tanah airnya. Indonesia. Bukan mengamini artikel-artikel yang malah memecah belah dan merusak kesatuan dan persatuan umat yang tengah damai, gemah ripah loh jinawi.
Pemuda (Islam) sebagai agen perubahan nanti ketika sudah masanya. Selayaknya sudah menyiapkan konsepsi-konsepsi untuk kemajuan bangsa mulai dari sekarang. Menyiapkan konsepsi-konsepsi menghadapi kelompok radikal pemecah-belah Islam dan bangsa. Tetap menjaga kedaulatan bangsa dan merepresentasikan nilai luhur Pancasila dengan aksi nyata. Sehingga ideologi berbangsa kita tersebut tidak dapat dikatakan keluar dari ajaran agama dan tidak mudah dihakimi sebagai ajaran sesat oleh mereka yang menginginkan bubarnya NKRI.
Jiwa dan semangat nasionalisme pemuda, khususnya pemuda Islam harus semakin dikuatkan di tengah ramainya perang informasi dan ideologi di dunia maya. Jiwa dan semangat nasionalisme tersebut juga yang membuat semakin banyaknya orang-orang terpengaruh dogma-dogma teror dan mudah melakukan bom yang membuat cemas bangsa yang damai. (K)
KOMENTAR