Acara Forum Publik mahasiswa thailand di UIN Ws |
Semarang, IDEAPERS.com – Memperingati 12 tahun peristiwa pembantaian berdarah di Tak Bai, Provinsi Narathiwat, 25 Oktober 2004 lalu, yang mengakibatkan 85 orang korban jiwa, 51 orang sakit parah, dan 1,280 orang yang ditahan oleh militer Thailand. Selain itu, di Patani (Selatan Thailand) juga terus muncul berbagai konflik hingga sekarang. Mahasiswa Thailand di UIN Walisongo memperingatinya dengan bingkai Forum Publik “Majelis Kerjasama Memperingati 12 Tahun Peristiwa Tak Bai” di Audit I lantai II UIN Walisongo, Sabtu (29/10).
Tujuan dari agenda oleh Mahasiswa yang tergabung dalam Organisasi Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) dan Himpunan Mahasiswa Patani (Selatan Thaland) di Indonesia (HMPI) sebagai aksi damai terhadap peristiwa yang dianggap tidak memiliki rasa keadilan serta pelanggaran HAM berat oleh pemerintah Thailand kepada Muslim Melayu.
Mantan ketua PMIPTI Semarang, Fakhrullah sebagai pemateri membuka diskusi dengan menerangkan Tragedi Tak Bai. Dirinya menjelaskan Tak Bai yang berada daerah di Provinsi Narathiwat, Thailand Selatan merupakan salah satu akibat dari konflik pemerintah Thailand (Pattani, Yala, Narathiwat, Shongla dan Setun) yang sudah puluhan tahun terjadi. “Tak Bai menjadi tempat peristiwa 25 Oktober 2004, dimana ratusan penduduk Islam kehilangan nyawa dalam tahanan tentara Thailand saat bulan Ramadhan,” jelasnya.
Abdul Salam Sa’i, salah satu pemateri dari alumni salah satu universitas di Thailand melanjutkan pemaparan latar belakang tragedi ini. Para demonstran datang ke kantor polisi untuk meminta pembebaskan enam warga sipil yang ditahan pemerintah atas tuduhan pemasokan senjata aparat Thailand. “Enam orang yang ditangkap itu termasuk para demonstran dianggap pemerintah sebagai teroris,” Ungkapnya.
Kemudian aksi damai tersebut justru dibalas dengan aksi represif dari aparat. Tentara membubarkan ribuan demonstran dengan menembakkan gas air mata dan mengikat satu persatu dari sekitar 1300 orang. Kemudian diangkut ke dalam enam truk selama lima jam perjalanan dengan cara ditumpuk berbaring dan berdesakan dibawa ke Camp. “Akhirnya banyak demonstran yang meninggal dunia sesampainya di Camp,” papar mahasiswa yang sedang menempuh program Magister di Universitas Negeri Yogyakarta ini.
Forum publik ini juga dihadiri oleh Nurijah, mahasiswi Hukum Pidana UIN Walisongo yang merupakan orang Indonesia asli. Dirinya memiliki mengaku mengikuti acara ini karena dirasa banyak materi hukum yang bisa dipelajari dari kasus nyata ini. ”Ya saya anak hukum pidana, dari acara ini banyak bisa mendapat materi tentang hukum,” ungkapnya. Acara berlangsung antusias hingga selesai. (Ana/Putera)
KOMENTAR