Nurul Lazim (kiri), koordinator aksi damai AMPEKA (Fadhol-IDEA) |
Semarang-IDEAPers.com-Rabu (02/04), Gedung rektorat IAIN
Walisongo diserbu puluhan mahasiswa. Massa yang tergabung dalam Aliansi
Mahasiswa Peduli Kampus (AMPEKA) itu, melakukan aksi damai menuntut penuntasan dugaan
penggelapan dana Orsenik,
penyelewengan dana honorarium,
serta resitasi OPAK 2013.
Sebelum
melakukan aksi, massa AMPEKA yang berasal dari berbagai elemen internal kampus
ini, melakukan long march dari audit II kampus tiga sampai gedung rektorat. Sambil
berorasi, mereka mengajak kawan-kawan mahasiswa di setiap fakultas untuk ikut serta dalam aksi.
”Aksi ini
adalah puncak dari berbagai ketidakjelasan audiensi yang telah kita lakukan dengan
pihak rektorat”, tutur Nurul Lazim, Koodinator aksi.
Sebelumnya,
AMPEKA telah mengirim surat petisi kepada pihak birokrasi (10/03). Petisi
tersebut berisi permohonan mendatangkan pihak-pihak yang diduga melakukan
korupsi dalam kegiatan OPAK 2012-2013. Adapun pihak tersebut adalah Siswoyo
(Ketua Opak 2012), Ahmad Munadzib (Ketua Opak 2013), Nila Farchati (BEM FU) dan
beberapa pihak terkait lainnya.
Sedikitnya,
ada empat poin permasalahan yang menjadi tujuan permohonan mendatangkan
pihak-pihak tersebut. Pertama, terkait pembagian dana honorarium panitia OPAK yang tidak merata atau
tidak sesuai nominal seharusnya. Kedua, pemotongan dana honorarium OPAK UKM-UKMI
tanpa transparansi. Ketiga, penggelapan dana Orsenik fakultas Ushuludin.
Keempat, in-transparansi penyaluran dan pengelolaan resitasi OPAK yang
ditaksir mencapai 500 juta rupiah dan diduga
ditumpangi organisasi ekstra.
Paska pengiriman
petisi, sudah dilakukan tiga kali audiensi dengan pihak rektorat. Audiensi
pertama (17/03), massa AMPEKA ditemui oleh wakil Rektor tiga, Darori Amin. Pihak
rektorat tidak bisa mendatangkan pihak-pihak terkait. Sehingga diputuskan untuk
membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) guna menyelediki masalah ini sampai tanggal
27 Maret. Audiensi kedua (27/03), juga tidak sesuai harapan. Kinerja TPF dinilai masih buruk, karena tidak ada kejelasan dari proses penyeledikan
yang berlangsung selama tujuh hari tersebut. Pun sama, audiensi ketiga TPF
belum menghasilkan kesimpulan apa-apa (01/04).
Karena tidak
ada kejelasan ini, massa AMPEKA pun menggelar aksi di depan gedung rektorat IAIN Walisongo. Awalnya, aksi berjalan
damai. Karena sedang ada tamu luar negeri, Muhibbin Noor,
Rektor IAIN Walisongo, tak bisa menemui massa. Aksi pun sempat ricuh selama 30 menit, dan akhirnya
Muhibbin keluar.
Ia menjelaskan
bahwa TPF masih membutuhkan waktu lagi.
“Beri waktu maksimal sampai
akhir April. Kita akan menyelediki lagi masalah ini secepatnya, dan saya akan
memberi sanksi bila terbukti bersalah”, kata Muhibin.
Di sisi lain,
Muhibin berterima kasih kepada AMPEKA. Karena telah mendukung programnya tentang
kampus bebas korupsi.
Tidak ada
korban luka dalam aksi ini. Namun pintu utama rektorat mengalami kerusakan
ringan akibat kemarahan massa. (Fachry-IDEA)
KOMENTAR